Jumat, 06 November 2015

Monolog Anak Kabut

Anak kabut , sebuah monolog yang mengisahkan sebuah tragedi kelam dalam masa lalu hidup seorang wanita yang mengalami perihnya tragedi mei 1998
dimana kekasihnya dibunuh dan ia diperkosa oleh oknum pemerintah
saat itu ia dan kekasihnya masih berstatus masih sebagai mahasiswa

monolog ini menekankan bagaimana sebuah kejadian besar , kelam masuk kedalam long term memory dan akan teringat dan mudah teringat dengan berbagai pemicu , karena disisilain meninggalkan trauma dan sakit yang dalam bagi si wanita tersebut

sebelumnya ia bahagia bersama kekasihnya , menjalani hari seperti biasanya. namun sejak peristiwa itu , hidupnya berubah menjadi gelap , luntang lantung tanpa tujuan yang jelas . namun bagaimanapun ia harus sanggup hidup dari hari ke hari , bertahan hingga waktu memanggilnya

si pemeran berhasil menyampaikan pesan tersirat bahwa ia sangat trauma dan selalu terbayang oleh kejadian tersebut, beberapa kali ia mengekspresikan nya melalui amarah nya , serta keinginan nya untuk menato tubuh nya untuk mengekspresikan apa yang ia rasakan
si pemeran juga berhasil mengekspresikan bagaimana ia merasakan sakit yang mendalam akibat pemerkosaan yang dialaminya melalui aktingnya , seperti saat ia beradegan berteriak keras sambil marah marah dan berkata "Buka bajumu ! buka Bajumu ! "

disutradai oleh Soni Farid Maulana dan diperankan oleh Ricilia Ryan Putri, monolog ini sangat menarik untuk disaksikan karena memiliki pesan yang bermakna , serta penokohan yang sangat baik dan mampu menyedot atensi para penonton nya melalui kemampuan akting si pemeran , dan perangkat perangkat pendukung lainya seperti background music , lighning dan isi monolog itu sendiri

dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian yang buruk , bahkan tragis sangat mempengaruhi keadaan jiwa seseorang , terutama bila tidak ada motivasi dan kasih sayang serta perhatian dari orang orang disekitarnya. bisa saja si korban tragedi ini menjadi berontak , liar dan brutal akibat frustasi yang ia rasakan dari tragedi yang ia alami di masa lalunya.

Monolog ini juga berpesan untuk tetap tegar , kuat dan bertahan hidup meskipun banyak rintangan menghadang , terutama masa lalu yang kelam
meskipun mungkin masa lalu yang kelam dapat mempengaruhi kondisi psikis seseorang , namun kita tetap harus bertahan hidup untuk mencapai tujuan agar dapat memperbaiki keadaan dan mencapai kebahagiaan untuk menghapus memori kelam tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar